Pembantu Menggairahkan

Sekarang ini aku adalah seorang ayah dari dua orang putri dan seorang putra. Kehidupan perkawinanku biasa-biasa saja, tidak terlalu menggebu dalam masalah hubungan pasutri. Meskipun sebenarnya aku termasuk lelaki yang mempunyai nafsu besar, tapi karena istriku sangat tidak pandai dalam hal satu ini, sering aku merasa kosong dan hambar.

Cerita ini terjadi sekitar tahun 2003 akhir, bermula ketika babby sitter anakku yang kedua dipanggil pulang orang tuanya karena kakaknya juga baru melahirkan. Selang seminggu kemudian bapakku datang ke Jakarta mengantarkan seorang baby sitter baru untuk anakku. Sejak pertama kali melihatnya, aku sudah merasa terangsang sekali terutama bila melihat dua gundukan besar di dadanya yang sampai saat ini aku tidak tahu pasti berapa ukurannya, tapi sangat besar mungkin 36D.
Sebut saja namanya Mimin dan saat itu dia baru berusia 17 tahun tapi mempunyai tubuh yang bongsor dengan tinggi 167cm. Paras mukanya biasa saja dan bentuk badannya juga biasa. Hanya dua gundukan itu yang selalu menghantui pikiranku sejak pertama kali melihatnya.
Sejak kedatangannya tidak ada yang special yang terjadi, karena aku jugatidak pernah berusaha untuk berbuat sesuatu yang mengarah kepada berhubungan seks dengannya. Dan dia nampaknya juga bisa membawakan diri dengan baik dan juga sayang pada putriku yang kedua yang saat itu baru berusia 3-4 bulan juga putri pertamaku.
Oh ya pembaca, kami masih tinggal di pavilion rumah mertuaku yang ada pintu penghubung dengan bangunan utama.
Kejadian berawal ketika pada suatu siang Mimin meminta tolong kepadaku untuk mensetting handphone yang baru dibelinya. Aku sedanglibur hari itu dan istriku sedang di kantor. Ketika sedang berdiri minum kopi di meja makan, tiba-tiba Mimin datang dan berkata:
“Pak, tolong dong settingin handphone saya. Saya ga bisa”.
Kuterima handphonenya dan mulai kuutak-atik. Sedang asik mengutak-atik hp itulah ketika mulai terasa ada hembusan nafas dibelakang telinga kiriku dan ketika kutengok, Mimin berdiri disitu sedang memperhatikan caraku mensetting hp-nya.
“Sekalian belajar Pak”, katanya.

Aku biarkan saja dan mulai mengajarkan caranya, masih sambil berdiri. Tiba-tiba lengan kiriku merasa ada benda kenyal empuk menyentuhnya. Kucoba tarik untuk menghindarinya tapi malah semakin terasa menempel di punggung dan lenganku.
“Apa maunya nih anak?”, pikirku.
Kutengok lagi ke belakang dan muka Mimin berada sangat dekat dengan mukaku, sambil matanya tetap tertuju pada hp-nya. Kemudian kuberanikan diri untuk mengecup pipinya dan dia diam saja. Bahkan kurasakan hembusan nafasnya yang hangat di telinga kiriku. Tentu saja hal itu membangkitkan gairah kelelakianku.
Kemudian kuberanikan diri untuk memegang pahanya dengan tangan kiriku yang bebas. Mimin diam saja. Kuusap-usap pahanya dan hembusan hangat nafasnya di telingaku makin kencang. Tangan kirikupun makin naik dan berhenti dipangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya dan perlahan jari tengahku kutekan-tekan tepat ditengah gundukan. Mulai terdengar desahannya dan gundukan kembar makin menekan punggung dan lenganku. Makin kutekan jari tengah tangan kiriku dan makin konsentrasi di satu tempat yang kuyakin adalah clit-nya. Kurasakan tangan kananya memeluk dan mulai meremas pinggangku.
Akhirnya kutarik keatas roknya yang sebatas lutut dan kembali kuusap-usap gundukan venusnya yang masih terbungkus cd. Remasan dan pelukannya dipinggangku makin kencang dan tangan kirinya membantu tangan kiriku menekan dan mengusap-usap pangkal pahanya. Mulai kurasakan lembab cdnya dan akhirnya kutelusupkan telapak tangan kiriku kedalamnya. Disambut oleh bulu-bulu halus yang masih jarang dan ketika jarinya mulai membuka bibirnya, kurasakan basah yang hangat disana. Gerakannya makin cepat terutama jari tengahku dalam mengilik-ngilik dan memutar-mutar clit-nya dan mulai terdengar eranganya perlahan.

“Eshhh… Enak Pak…”
“Terus Pak… Essshhh… Mimin mau pipis Pak”.
Tanpa sadar dia menggigit pundakku dan secara reflek kutarik tanganku karena sakit yang kurasakan di pundak. Setelah meletakkan hp yang belum selesai kusetting diatas meja makan, kubalikkan badanku dan langsung kukulum bibirnya. Mimin menyambut ciumanku dengan tidak kalah bernafsunya dan lidah kami saling belit saling hisap.
“hmmm… Hmmm…”. Tangan kananku menggantikan peran tangan kiriku yang sekarang memeluk dan menarik tubuh Minah merapat ke tubuhku hingga kurasakan dua bukit kembarnya menekan dadaku. Nikmat sekali rasanya.
“Terus Pak… Enak Pak”, katanya lembut ditelingaku ditingkahi oleh suara desahan dan erangannya. Makin kuputar-putar dan kutekan-tekan jari-jariku di clit-nya. Dengan ditingkahi erangan tertahannya (takut terdengar mertua atau adik iparku) di rumah sebelah, dipeluknya badanku erat sekali. Kulepaskan pelukannya dan langsung berjongkok di depannya dan dengan sekali tarikan maka tanggallah celana dalamnya. Langsung kuserbu dengan ciuman, jilatan dan hisapan di sekujur bibir indah itu terutama tonjolan kecilnya. Tak lama kemudian kudengar.
“erghhh… Min mau…pipis Pak… Ssshhhh… Enak”.
“Aaahhh…ssshhhh… oohhh”
Perlahan mulai kurasakan tubuhnya menegang dan meliuk-liuk dengan diiringi kejangan. Untung kedua tangannya bersandar ke meja makan. Kubiarkan dia melepas gelombang yang mendera tubuhnya agak lama sambil tetap memeluknya dan menahan dorongannya dengan bersandar ke meja makan. Setelah agak lama kurasakan nafasnya mulai teratur kembali dan dia mengecup dan menjilati leher dan telingaku yang membuat tongkatku makin mengeras.
“Terima kasih Pak.. Enak sekali Pak”, katanya lembut sambil mengecup pipiku kali ini.
“Kok kamu mau Min?”, tanyaku untuk mengurai rasa penasaranku.
“Min kadang suka dengarin kalau Bapak sama Ibu lagi begituan. Kayanya seru dan enak. Jadi Min sering juga pakai jari sendiri”.
“Tapi belum pernah seenak dan senikmat pakai jari Bapak. Badan Min sampai lemes begini. Terima kasih ya Pak”.
“Ya..”, jawabku, “tapi sekarang bagaimana dengan dede? Kalau dah keras begini dan tidak mendapatkan musuh, sakit sekali Min”, kataku sambil memegang tongkatku yang sudah menonjol sejak tadi.

Kupegang tangannya dan kutuntun kearah tongkatku yang sudah sangat keras. Mula-mula dia nampakragu tapi tidak ditariknya tangannya dan perlahan kurasakan tangannya mulai meremas-remas tongkatku.
“Masa sih Pak sakit? Min harus gimana Pak untuk menghilangkan sakit dede ini?”, begitu tanyanya, sambil mulai dikocok-kocoknya perlahan dengan lembut.
“Biar hilang sakitnya, dede harus masuk ke memey-nya Min dan pipis disitu”, jawabku.
“Min mau?”, tanyaku lagi.
Dia diam saja. Menunduk sekarang. Remasan tangannya ditongkatku makin kencang kurasakan.
“Pernah ada dede kecil yang masukin memey Mimin?”, tanyaku.
“Belum Pak?”, jawabnya.
Aku tertegun sejenak. Berkecamuk banyak hal dalam otakku, antara menyalurkan hasrat kelelakianku yang sudah membara dengan banyak pertimbangan moral lainnya, terutama karena ternyata Mimin masih perawan. Akhirnya…
“Min mau memey-nya dimasukin dede?”, tanyaku. Dia makin tertunduk dan tetap diam. Ditelusupkannya tanganya kedalam celana kolorku dan masuk kebalik cd-ku. Diremas-remasnya tongkatku dan dikecupnya serta dijilatinya leher dan kupingku. Lebih dari sekedar jawaban “ya”, lewat mulut, begitu pikirku.
Kuajak dia masuk ke kamarnya yang berada di belakang. Setelah kukunci pintunya, perlahan kurebahkan dia diatas kasur. Kupandangi mukanya dengan teliti dan Mimin hanya tersipu malu. Kuturunkan kepalaku mendekat dan kukecup bibirnya dengan lembut. Lalu mulai kukeluarkan lidahku dan kumasukkan ke mulutnya, kucari, ketemu lidahnya dan langsung lidah kami saling berbelit, hisap dan sedot. Tanganku tak mau diam saja. Kuusap-usap perutnya dengan lembut, pinggangnya dan perlahan naik ke dua gundukan kembar di dadanya. Kuusap-usap dengan sangat lembut, perlahan dari pinggirannya, memutar dan kucoba menghindari untuk tidak langsung menyerbu. Ingin kunikmati sepenuhnya momen demi momen.
Perlahan mulai kudengar desahannya seiring remasan-remasan lembut tanganku di dadanya. Mulai kuusap-usap putingnya dari luar dan Mimin melingkarkan tangannya memelukku sambil mengangkat sedikit dadanya kearah remasan tanganku.
“shhh… Ehhhh…”

Lalu tanganku mulai menyusup ke balik kaosnya, mengawali lagi usapan dari perut dan pinggangnya dan perlahan naik ke bukit kembarnya. Kuusap dan kuremas perlahan dari luar bh-nya dan mulai kurasakan daging kenyal yang seakan mau meletus dari cengkeraman bh-nya yang agak kekecilan. Kukecup dan kujilati lehernya yang putih bersih dengan aroma yang merangsang. Kuusap dengan agak sedikit menekan bagian putingnya dan dijawab dengan “sssshhhh… Cepet Pak… Diremas aja Pak… Copot bh-ku Pak… Min pingin disayang ma Bapak… ssshhh…”

Langsung kujawab dengan menarik lepas kaosnya ke atas dan kubuka kaitanbh-nya yang ada di depan. Terpampanglah di depan mataku dua bukit kembar berwarna putih mulus, besar (satu tanganku tak cukup untuk menangkupnya) dengan puting berwarna agak kecoklatan yang sudah mulai mengeras. Lama kutatap untuk menikmati keindahanya yang sudah menghantui pikiran dan mimpi-mimpiku selama ini, ternyata sekarang teronggok dengan indahnya didepan mata.
“Jangan diliatin aja Pak… Min malu”.
“Justru kamu harus bangga Min”, jawabku, “payudaramu sungguh indah. Terindah yang pernah Bapak liat. Bapak sudah memimpikan ini sejak pertama melihatmu Min. Sungguh”.
Dengan lembut kuusap kembali dua bukit kembar tersebut mulai dari pangkalnya, memutar sambil kuremas dengan lembut. Kembali terdengar desahannya seiring kulumat lagi bibir mungilnya. Perlahan kusentuh putingnya yang sudah agak mengeras dan kurasakan hentakan lembut dari tubuhnya. Kuputar-putar jariku diatasnya dan mulai kupilin putingnya pelan-pelan.
“Mmmmhhh…sssshhhh…”, desahnya diiring suara kecipak mulut kami yang saling mengulum dan melumat.
Tangan kiriku mengusap-usap rambut, kepala, tengkuk dan sesekali kupingnya. Setelah yang kanan agak lama maka kuberikan servis yang sama ke bukit yang satunya. Setelah puas meremasnya, maka perlahan ciumanku mulai turun kebawah dari lehernya dan kuperbuat yang sama dengan jariku, kali ini dengan lidahku. Setelah puas menjilat dan sedikit menggigit-gigit daging kenyalnya, maka mulai kujilat putingnya yang sudah mengeras, mengacung. Desahan dari mulutnya makin mengeras. Kujilat dan kuhisap dengan rakus dua bukit kembar yang sangat indah itu dengan sesekali kugigit-gigit gemas. Hal itu makin merangsang Mimin dan perlahan tapi pasti desahannya berubah menjadi erangan. Kupuas-puaskan diriku dengan dua bukit kembar yang telah memenuhi otak dan nafsuku selama ini.

Puas dengan dadanya, yang sekarang digantikan perannya oleh muluntuku, tanganku menggerayang menyusup kebawah ke lututnya. Mengusap-usap perlahan naik kepahanya dan sampailah ke pangkal pahanya yang sudah basah sejak orangasmenya waktu berdiri tadi. Kugosok-gosok bukit venusnya dari luar cd-nya. Karena takut terdengar erangannya yang makin keras oleh orang rumah, kumasukkan jari-jari tangan kiriku kemulutnya yang langsung di sambutnya dengan hisapan dan jilatan. Tubuhnya makin menggelinjang-gelinjang waktu kususupkan tanganku kedalam cd-nya dan langsung kuremas lembut clit-nya sambil kugosok-gosok tanpa menghentikan jilatan dan hisapan di putingnya yang sekarang makin meruncing dengan sombongnya.
“sssshhhhhh…… Erghhhh… Nikmat banget Pak…”
“Min…. Mau pipis…. lagi… Pak… Terusss… Jangan brenti Pak…”
Belum selesai kalimatnya sudah kurasakan cairan kental yang keluar dari liang memey-nya diiringi lengkungan tubuhnya yang disertai erangan panjang dengan sedikit kejang-kejang. Kubiarkan dia sejenak kembali menenangkan diri. Kukecup lembut bibirnya.
“Enak Min?”, tanyaku.
“Shh… Enak sekali, nikmat sekali Pak.Bapak pintar sekali menyenangkan Mimin Pak!”
“Ini pengalaman pertama yang luar biasa buat Mimin Pak. Sungguh”.
“Sekarang gentian Mimin yang membuat enak Bapak ya”, pintaku.
“Bagaimana caranya Pak?”, tanyanya.
“Mimin mau melakukan apa saja asal bisa membuat Bapak senang dan puas seperti yang Mimin rasakan”.
Sebelum mulai, kubuka dulu seluruh baju, celana berikut cdku juga roknyidr dan celana dalamnya. Maka sekarang kami benar-benar tanpa sehelai benangpun. Bulet. Kuminta ia mulai mencumbuku dengan mencium dan menjilati seluruh tubuhku. Enak dan nikmat sekali jilatan dan hisapannya disekujur tubuhku dan mulai kupegang dan kuarahkan kepalanya ke bawah kearah dedeku yang sudah mengacung tegang. Tidak begitu panjang dan besar memang tapi sudah sangat keras. Sebelum memulai, diangkatnya mukanya menghadapku, dipegangnya dedeku, diremas-remasnya lembut dan senyum manis tersungging dibibirnya. Pelan dia mulai menjilati kepala dedeku, kebawah dan ke kedua bola yang menggelantung. Bukan hanya dijilati karena sekarang Mimin mulai memasukkan buah zakarku ke mulutnya dan menghisapnya pelan. Nikmat sekali.”Pintar juga anak ini”, pikirku. Naik keatas dan lengsung dimasukkannya dede-ku kedalam mulutnya. Kurasakan sensasi yang luar biasa saat lidah dan mulutnya yang penuh dengan dede-ku mulai menghisap dan menggelitik-gelitiknya.
“ssshhhh… Ahhh… Nikmat sekali… Min…”.
“terus Min…. Kamu…. Pintar sekali… Min…”, kalimat terputus-putus keluar dari muluntuku karena sensasi luar biasa ini. Dengan semangatnya terus dihisap dan dikulumnyadedeku hingga sesekali nampak kempot pipinya. Sungguh luar biasa.
Aku tidak mau tinggal diam. Kusuruh dia untuk mengangkang diatasku yang langsung dipatuhinya. Maka sekarang aku juga melakukan hal sama di memey-nya. Kucium aroma wangi menyegarkan yang keluar dari memey-nya yang sangat menggairahkan. Maka langsung kujilat-jilat clit-nya dan seluruh bagian bibirnya yang berwarna agak kemerahan, cenderung merah muda, hingga pelan-pelan mulai kusodok-sodokan bibirku kedalam liang yang basah hangat tersebut. Hmm, sungguh wangi nikmat memey ini. Agar lebih leluasa, kugunakan dua tanganku untuk sedikit membuka bibir tersebut dan makin ganas jilatan dan hisapanku disitu.
“Sssshhhh… Eerrgghhh… Nikmat sekali…”
“terus… Jangan brenti… Lebih dalem…”
Entah siapa yang mengerang tak jelas lagi, saling ganti-ganti antara aku dan Mimin.
“Pak… Sekarang Mimin…mau dede masukin memey ya. Udah ga tahan nih…”

Kudengar suaranya dari bagian bawah tubuhku. Langsung kubalikkan badannya dan kukangkangkan kedua pahanya. Memey-nya sungguh indah dengan bulu-bulu halus rapi diatasnya yang menandakan pemiliknya merawatnya dengan baik.
Pelan-pelan kuposisikan dirinya diatasnya. Kugosok-gosok dede ke clitorisnya hingga kutemukan ujung pintu masuk rumah memey. Mimin hanya bisa mendesis-desis menahan nikmat. Ketika mulai kumasukkan kedalam liangnya, seolah mentok kurasakan. Kutekan-tekan sedikit sambil tangan kiriku mencengkeram pinggangnya. Pelahan tapi pasti kepala dede mulai memasuki memey. Seret sekali. Terdengar erangan menahan sakit dari bibir Mimin. Kuhentikan sejenak tusukanku sambil mulai kugoyang-goyang kepala dede agar lebih mmengenal rumah barunya. Setelah agak lama maka mulai kutekan lagi dan berhasil masuk sepertiganya.
“Ssst. .. erghhh… Sakit Pak…”.
“Iya sayang… Pelan-pelan ya… Ntar jadi enak ko…”
“Tahan bentar ya sayang…”

Setelah agak terbiasa didalam rumah barunya yang nikmat, kutarik sedikit lalu kumasukkan lagi pelan-pelan. Hingga akhirnya dengan satu dorongan kedepan, maka disambutlah dede-ku oleh memey dengan hangat didalam.
“Aduh… Sakit Pak… Pelan-pelan Pak…”
Kurasakan liang memey yang masih sangat rapat tapi basah dan sangat hangat pula. Cengkeraman jari-jari Mimin di punggungku sangat sakit kurasakan karena terasa kukunya menancap disana tapi tak kuhiraukan. Kukecup lembut bibir manisnya dan kukulum untuk mengurangi rasa sakit dibibirnya yang lain.Kudiamkan dede sejenak didalam agar makin saling mengenal dengan baik dengan memey tercinta. Kurasakan basah hangat mengguyur dede, darah perawan Mimin!
Lalu mulai kutarik keluar dede dan kumasukan lagi, sedikit-sedikit. Cengkeraman dipunggungku berubah menjadi elusan dan usapan. Desis dan desah mulai terdengar keluar dari bibir manisnya. Setelah saling mengenal dengan baik, maka mulai kupercepat tusukan-tusukan dede ke memey. Kedua kakinya terasa memeluk pinggangku sementara kepalanya mendongak keatas hingga makin membuat dua gundukan besarnya makin mengacung sombong ke udara dengan indahnya. Kedua tangannya meremas-remas sprei. Sungguh pembaca, tidak ada pemandangan yang melebihi keindahan momen seperti ini.

“Ssssshhhh… Pak… Enak sekali Pak… Terus Pak”.
“Aaahhhh… Memey nikmat sekali Min…”
Agak lama kami masih dalam posisi yang sama hingga terdengar:
“Terus Pak… Lebih cepet Pak… sssshhhhh… Aaahhhh..”
“Mimin mau… pipis lagi…Pak”.
Nafasnya makin memburu dengan ditingkah erangan.
“Jangan ditahan… Min…. Keluarin aja”.
Tidak berapa lama kemudian kulihat tubuhnya melengkung keatas dengan cengkeraman tangan disprei yang makin kuat.
“Aaagghhh… Mimin… Pipis… Pak.”
“Nikmat… Sekali… Pak….. Aaahhhh”.
Pada saat yang bersamaan kurasakan cengkeraman memey yang sangat kuat pada Dede dengan disertai denyutan dan cairan basah hangat yang mengguyurnya. Saking banyaknya hingga kulihat menetes keluar dari bibir Memey.
Kubiarkan dia merasakan saat-saat orgasmenya hingga detik-detik terakhir yang ditandai dengan mulai teraturnya kembali nafasnya dan lemas tubuhnya. Keringat membasahi dadanya yang sangat indah. Dede dan Memey masih bersatu saat dia bangkit memelukku dengan sangat erat dan menciumi seluruh mukaku dengan rakusnya.
“Terima kasih Pak telah memberikan kenikmatan tak terkira seperti ini kepada Mimin. Mimin sayang banget sama Bapak”.
“Iya Min, Bapak juga sayang banget sama Mimin”.
“Dede pinter ya Pak. Memey jadi enak banget deh”.
Kukecup bibirnya dan kutarik dede keluar.
“Ko dikeluarin Pak?”, protes Mimin.
“Iya, sekarang balik badan Min. Kita ganti posisi”.

Kusuruh Mimin menungging, kurendahkan bahunya dan kukangkangkan kedua pahanya hingga memey terlihat menyembul dengan indahnya. Kutuntun dede dengan tangan kananku, kutempelkan ke memey dan pelan tapi pasti kumasukkan kedalamnya. Masih agak seret tapi bisa masuk seluruhnya kali ini dengan perlahan. Kubiarkan sejenak didalam agar terbiasa.
Lantas mulai kukeluarkan pelan dan kumasukan lagi. Makin lama makin cepat tusukan-tusukanku. Gila. Enak sekali si memey ini. Dinding-dindingnya menjepit keras, kuat. Ikut keluar ketika dede kutarik dan menyedotnya ketika kutusuk. Seolah tidak mau melepaskan pasangan barunya yang sangat dicintainya yang telah memberinya kenikmatantiada tara.
“Oooohh… Memey enak sekali…Min.”.
“Dede… Juga enak… Pak”.
“Terus… Pak… Yang keras… Pak… Mimin nikmat sekali Pak”.

Makin lama makin cepat kukeluar masukkan dede di memey. Erangan-erangan dan desahan kami saling tindih, riuh hingga aku sudah tidak peduli lagi bila ada yang mendengar dan tahu apa yang sedang kami perbuat. Soalnya memey sungguh nikmat pembaca.
Perlahan tapi pasti mulai kurasakan denyut halus muncul dari peruntuku yang berarti aku akan mengalami ejakulasi. Erangan Mimin juga makin keras dengan nafas yang makin memburu. Pada saat itulah kucabut dari jepitan memey. Kulihat raut muka Mimin yang bertanya-tanya, heran dan tidak mengerti. Bahkan ada semburat kecewa dan marah. Tanpa bicara kubalikkan badanya hingga telentang dan langsung kutusukan dede ke memey. Ada suara seperti orang tercekik keluar dari tenggorokan Mimin begitu kumasukkan dede dengan sekali tusukan.
“Oooohhhhh…”, hanya itu yang keluar dari bibirnya.
Maka kembali kugoyang pantat dan pinggangku maju mundur, makin lama makin cepat. Erangan dan nafas kami saling memburu, sahut menyahut. Rasa berdenyut diperuntuku mulai kembali dan denyut di dinding-dinding memey juga mulai cepat kurasakan. Aku tahu bahwa sebentar lagi kami akan sampai. Maka makin kupercepat gerakanku. Tempat tidur dimana kami bergumul mengeluarkan suara deritnya seolah tidak mau ketinggalan partisipasinya dalam meramaikan pergumulan kami.

“Ahhh… Nikmat sekali Pak”.
“Iya Min… Nikmat sekali… eergghhhh.”
“Min… Mau…pipis lagi… Pak”.
“Iya…kita… Pipis… Bareng… Min”.
Maka letupan itupun terasa begitu nikmat dan indah.
“Aaaahhhh… Ssshhhhhh”. Hanya itu yang mampu kami keluarkan dari mulut. Sejenak kami melayang diawang-awang dengan taburan bunga dan harum wewangian.Sungguh indah momen ini. Dan aku tidak mau cepat-cepat kembali ke bumi. Kutubruk tubuhnya dan kupeluk dengan sangat erat. Miminpun memelukku tidak kalah eratnya saat kami berejakulasi bersama. Kukeluarkan semua yang kupunya tanpa sisa dengan disambut oleh semburan cairan Mimin hingga kurasakan liang senggamanya banjir oleh cairan kami berdua.
Lama kami berpelukan erat hingga nafas kami mulai teratur dan normal. Kucium bibirnya dan kukulum dengan sepenuh rasa sayang. Dede masih dijepit memey, Seolah tak ada yang mau berpisah.
“Nikmat sekali Min. Indah sekali. Sungguh Bapak baru pernah merasakan yang seindah dan senikmat ini”, kataku.
“Mimin juga merasakan hal yang sama Pak. Mimin jadi sayang banget sama Bapak. Mimin mau melakukan apa saja untuk membahagiakan Bapak”.
“Untuk kebahagiaan kita Min”.
“Mulai hari ini, dede hanya untuk memey ya Pak”, pintanya sambil dikeduntukannya hingga dede terasa diremas.
“Gimana dengan ibu dong Min?”, tanyaku.
“Ibu sih boleh. Tapi jangan yang senikmat seperti untuk memey”.
Kurang ajar juga nih anak sudah mau mengatur. Tapi benar juga sih. Karena aku merasakan sesuatu yang lain yang sangat indah ketika bersenggama dengannya.

Kenikmatan kami terputus oleh suara tangis anakku yang ternyata sudah bangun dari tidur siangnya. Demikianlah pembaca, sejak saat itu kami selalu mengulangi apa yang telah kami mulai setiap kali ada kesempatan. Bahkan seringkali kami lah yang menciptakan kesempatan tersebut. Dan Mimin tidak pernah hamil meskipun kami tidak pernah peduli dengan kalender. Entah kenapa. Padahal antara aku dan dia sama-sama berasal dari sebuah keluarga besar.

Kejadian itu berlangsung selama sekitar tiga setengah tahun hingga Mimin dipanggil pulang oleh orang tuanya karena ibunya sakit yang membutuhkan pengobatan intensif.
Dan setelah itu pamannya mengajaknya bekerja sebagai TKW di Malaysia dan diterimanya karena pertimbangan ekonomi harus membiayai sakit parah ibunya. Sebelum keberangkatannya ke Malaysia, aku sempatkan datang menjemput ke desanya dan kami habiskan tiga malam yang sangat seru dan indah di sebuah hotel di kota kabupatennya. Aku sungguh menyayangi dan merindukanmu Min. Kapan kita akan bertemu lagi, sayang?
Tamat

Mei 7, 2008. Tag: . Cerita-cerita Erotis.

11 Komentar

  1. adie replied:

    buat para cwe ksepian/tante/janda call me 085710273258
    ,adie_jaktim

  2. Anang replied:

    Smakin bejat org indonesia

  3. Moody replied:

    Sumpret!,bini lo mo di kemanain tuch!..

  4. ning replied:

    lumayan bikin “deg-deg ser” juga ceritanya…

  5. ahmad replied:

    cerita amat bagus tidak mengada ada dan merupakan pencerminan dari sebuah hubungan sex yang indah

  6. Narto replied:

    Ra sopan! Kurang ajar. Duasar!!

  7. Marli replied:

    Itu adik ku. Ya aku tau betul. Biar aku suruh pulang dan melapor polisi. Aku tidak terima. Keluarga kami akan memproses secara hukum.

  8. avenge_boyz replied:

    dasar lhoe gila,pembntu lhoe! yg stia mrawat n mengasuh anak lho ndiri,lho entotin.msih bau kencur lagi,
    mang lho itu dungu..!bedebah pecundang,kutu kopet!!oh my sid.mestina mimin lo anggp anak lho.tau rasa klo bini lho dientotin ma org laen.mikir d0ng…

  9. nikita.. replied:

    Ceru. . . . . . .
    Abiz. . . . .
    Bkn cerita y6 lbh cEru Lg dUnk! ! !
    PazTi tAmbAh mEng9airahkAn wAt pEmBaCa. . .

  10. saufi replied:

    coba ada yang mau jadi partner kw tiap malam

  11. Bram replied:

    Aduh hot bgd cerita km.

    Gw pengen d0ng..hub.085295739020
    Di tnggu ya

Tinggalkan Balasan ke Narto Batalkan balasan

Trackback URI